
Awalnya aku tidak memahami apa yang dimaksudkan oleh Ayahku itu dan inilah penjelasannya…
Persimisme adalah ‘musuh’ yang sering menyelamatkan kita dari bahaya, Optimisme adalah ‘kawan’ yang sering menjerumuskan. Kita harus bisa menyikapi keduanya secara ‘proporsional’, sehingga kita tidak menjadi korban.
Pesimisme berlebihan berarti memandang terlalu rendah kemampuan diri kita sendiri, juga memandang kemampuan orang lain terlalu tinggi, sedangkan Optimisme berlebihan adalah kebalikannya, berarti memandang diri sendiri terlalu tinggi, sambil memandang rendah orang lain. Jadi baik pesimis berlebihan dan optimis berlebihan sama-sama ‘berbahaya’ bagi diri kita.
Pandangan pesimistik berasal dari ketidaktahuan atau kebodohan, sedangkan sikap terlalu optimis muncul dari kedunguan. Semakin dalam kita memahami sesuatu, semakin sulit bagi kita untuk bertindak terlalu optimis atau pesimis. Semuanya serba ‘terukur’, ‘proporsional’ dan ‘penuh asumsi’.
Sukses bisa didapat hanya jika kita berhasil ‘mengukur’ dengan benar segala ‘peluang’ dan ‘hambatan’ sehingga kita bisa menyikapinya secara ‘proporsional’.
Jadi pesan Ayahku dalam menyikapi semuanya seperti Ujian Nasional ini adalah Optimisme baik untuk memompa ’semangat’ dan pesimisme baik untuk memunculkan ’sikap waspada’. Keduanya harus disikapi secara proporsional. Terjebak pada pesimisme akan membuat kita tidak melakukan apa-apa dan terjebak pada optimisme akan membuat kita terlena dan menganggap enteng bahaya, ingat! jangan pernah kita terjebak pada keduanya.
0 Response to "Optimisme adalah ‘kawan’"
Posting Komentar