Sekedar Refleksi: wajah pendidikan di Kota Sorong 1 Bulan ini (Oktober 2011)
Bukan hanya siswa SMA di kota sorong yang gelar aksi demo, Di kota Jayapura anak-anak SD di kompleks APO Kali Kota Jayapura Provinsi Papua, menggelar aksi demo menentang rencana pembangunan sebuah gedung di dekat lokasi mereka yang selama ini di gunakan anak-anak untuk bermain bola (baca bintang papua)...

Minggu Kemarin terjadi tawuran antar siswa kali ini, siswa sekolah tingkat pertama(SMP) SLTP N 1 SORONG vs siswa SLTP YPK Syaloom sorong, yang dipicu karena menghina salah satu suku asli di papua (kota sorong), tawuran yang terjadi secara spontan sore hari Sabtu 13 Oktober lalu di luar halaman SLTP Negeri 1. aksi ini kemungkinan menimbulkan korban luka-luka namun sayang ini luput dari pantauan media.
Masi antar siswa, Hari Rabu (12 Oktober 2011) kemarin siswa STM Kota Sorong menggelar aksi demonstrasi di halam sekolah, mereka meminta segera pihak sekolah menurunkan harga SPP dan meminta kejelasan soal pungutuan liar lainnya yang dilakukan oleh guru dan meminta hak mereka untuk menggunakan fasilitas praktek yang memadai, demonstarsi yang dikuti oleh ratusan siswa ini sempat berakhir tegangg dengan polisi yang datang ke tempat demonstarasi (halaman sekolah STM kota sorong), dan akhirnya mereka baru membubarkan diri secara tertib saat kepala sekolah (Pa Sagrim) menemui siswa dan meminta aspirasi dari siswa disampaikan lewat beberapa perwakilan untuk kemudian di tindak lanjuti oleh pihak sekolah.
Dan informasi menarik lainnya masi seputar dunia pendidikan di kota sorong

aksi walk out (keluar) dari ruangan kelas yang dilakukan oleh anak-anak asli papua, di salah satu sekolah menengah atas (SMA) di kota sorong, yang merasa marah karena dinilai telah dihina oleh salah seorang guru mata pelajaran tertentu yang tidak memperhatikan unsur suku ras dan agama (sara), bahkan terlebih pembunuhan karakter untuk siswa terus berkembang.

semua hal sederhana ini mengusik hati nurani kita, betapa ada sebuah persoalan penting yang terjadi di depan mata kita selama ini namun seakan tidak mendapat perhatian dari Pemerintah. Apalagi pantau media massa. Semua kejadian kemarin ini, mengetuk hati kita untuk kembali bertanya kemana arah kebijakan dan pembangunan (pendidika) kota ini sebenarnya, tatkala semua sekolah keluar dari esensi mereka sebagai wadah yang mengajar dan mendidik rakyat indonesia untuk keluar dari kemiskinan.

Status sekolah taraf nasional dan internasional tidak menjamin karena itu lebih untuk kepentingan kapitalis dan pemodal terlebih sekolah di jadikan lahan bisnis, maka dipastikan rakyat akan benar – benar tersingkirkan dan tidak mendapatkan apa - apa dari pembangunan yang tengah di gembar – gemborkan mereka hanya akan menjadi penonton. Sehingga pernyataan rakyat miskin tidak berhak untuk sekolah seperti yang di tulis di catatan redaksi Papua barat Pos benar adanya.